Jumat, 16 Oktober 2009

Psikologi Lansia

LAPORAN
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II

MASALAH KHUSUS USIA TUA
(LANSIA)







OLEH ;
LISA GUSTIANA
P.0513013


STI PSIKOLOGI HARAPAN BANGSA BANDA ACEH
2006
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan “Mengenai Beberapa Masalah Pada Usia Tua”. Tidak lupa pula salawat dan salam kita sampaikan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan kea lam yang berilmu pengetahuan.
Didalam menyusun laporan ini masih ada kekurangan, maka penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik untuk melengkapi laporan ini dan tidak lupa pula saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Rica Dewi, S.Psi selaku dosen pembimbing, para staf pengurus panti jompo serta teman – teman sejawat yang telah banyak membantu sehingga selesai laporan ini.
Akhirnya diharapkan semoga laporan ini bermanfaat untuk para mahasiswa agar dapat memahami psikologi orang menjadi tua.

Banda Aceh, 10 Desember 2006
Penulis
Lisa Gustiana


















BAB I
PENDAHULUAN

Psikologi orang tua dipandang sebagai suatu proses yang selesai dengan tercapainya masa dewasa muda. Umur 65 tahun pada umumnya dianggap sebagai umur permulaan usia tua.
Psikologi orang tua dapat dilihat dengan bertambahnya usia maka jaringan – jaringan dan sel – sel mejadi tua, sebagian mengalami regenerasi dan sebagian lagi akan mati.
Ada beberapa masalah khusus masa tua seperti gangguan fisik, kehilangan dalam bidang social ekonomi, sex pada usia lanjut, masalah adaptasi dan ganggauan psikiatrik serta pengobatan.
Dalam laporan ini hanya dibahas menggenai gangguan fisik dan masalah adaptasi.
Pada gangguan fisik yaitu parubahan fisik pada masa tua ialah karena penyakit dan karena proses menjadi tua. Beberapa perubahan fisik yaitu berkurangnya ketajaman panca indera, penciutan kemampuan melaksanakan sesuatu karena turunnya kekuatan motorik serta kemunduran efisiensi integrative susunan saraf pusat, seperti kelemahan ingatan.
Masalah adaptasi ditujukan pada penyesuaian diri daripada seorang yang memandang masa tuanya sebagai masa dengan segala pengurangan, baik sumber daya, kecerdasan dan kemampuan. Seseorang yang sudah lanjut usianya dan menganggap bahwa dia tidak memerlukan perlindungan, karena dia akan tetap sehat, kuat dan dapat berdiri sendiri, secara relative akan lebih dapat menyesuaikan diri.





















BAB II
LANDASAN TEORI

Proses menjadi tua disebut “Psychogerontologie” (dalam bahasa belanda), “psychology of aging” (dalam bahasa inggris), dan “psychologie des Alterms” (dalam bahasa jerman). Usia lanjut biasanya dianggap yang diatas 65 tahun. Orang – orang ini mempunyai masalah sendiri yang berhubungan dengan proses menjadi tua (“aging process”) dengan segala akibat badaniah, psikologik dan social.
Thomae (1968) menyebutkan seseorang menjadi tua yaitu ;
Proses – proses biokemis dan fisiologis
Proses – proses pathologist atau penyakit
Perubahan – perubahan fungsional psikologis
Perubahan – perubahan kepribadian dalam arti sempit
Penstrukturan kembali dalam hal social psikhologis, yang berkaitan dengan pemindahan kegolonggan usia yang lebih tinggi
Perubahan – perubahan yang berhubungan dengan kenyataan bahwa orangh tidak hanya mengalami keadaan menjadi tua ini, melainkan bahwa seseorang juga mengambil suatu sikap batin terhadap keadaan tersebut
Ada dua macam teori agar menjadi tua dengan bahagia, yaitu ;
1. Teori Disenagagement (melepaskan diri)
Menurut teori ini (Cumming & Henry, 1961) mengatakan bahwa proses menjadi tua yang disertai dengan kepuasaan ditentukan dari dua macam arah. Dia melepaskan dirinya dari berbagai ikatan dan dia akan dilepaskan oleh kehidupan bersama pada waktu dia mulai pensiun. Cumming & Henry (1961) menarik kesimpulan bahwa orang yang lebih tua yang mengalami pelepasan itu menjadi lebih bahagia dengan kebebasannya yang lebih banyak, kewajiban – kewajibannya berkurang terhadap lingkungan social dan terhadap kehidupan bersama.
Sedangkan Havighurst, Neugater & Tobin (1964) menaruh perhatian pada teori pelepasan pada aspek – aspek kualitatifnya dari pada kuantitasnya. Mereka melihat bahwa kontak – kontak social tadi berubah secara kualitatif, yaitu karena keterlibatan orang usia lanjut juga berubah.

Teori Aktivitas
Teori aktivitas (Havighurst dkk, 1964) bahwa hanya dengan terus melakukan berbagai aktivitas, orang lanjut usia dapat memperoleh kepuasaan dan kebahagiaan.
R Haditono berpendapat bahwa orang lansia di Indonesia masih banyak ikut berpartisipasi alam kehidupan, meskipun secara fisik tidak lagi dapat menyumbangkan prestasi, namun prestasi mental paling banyak dibutuhkan terutama dalam hubungan keluarga.
Thomae (1976) menyebutkan bahwa menjadi tua adalah suatu interaksi yang progresif antara individu dan dunianya. Proses menjadi tua harus dipandang sebagai suatu kerja sama antara 10 subsistem yang hasilnya berbeda – beda setiap individu, yaitu ;
1. Konstelasi nature – nurture (pemasakan belajar)
2. Perubahan – perubahan baru pada system biologis
3. Perubahan baru pada system peranan social
4. Situasi sosio ekonomis dan ekologis
5. Konsistensi dan perubahan pada berbagai aspek fungsi kognitif
6. Konsistensi dan perubahan pada ciri – ciri kepribadian seperti aktivitas
7. Lingkup hidup individual (life space)
8. Kepuasan hidup yang dicapai antara kebutuhan – kebutuhan individual dan situasi hidup yang nyata
9. Kemampuan untuk memperoleh keseimbangan kembali dengan konfrontasi aktif dan tidak menyerah
10. Kompetensi social sebagai ukuran global bagi kecakapan individu untuk memenuhi tuntutan social dan biologis disamping juga mengharapkan dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ada empat criteria penilaian terhadap adaptasi pada usia lanjut, yaitu ;
1. Kualitas pola perilaku
2. Perubahan dalam perilaku emosional
3. Perubahan kepribadian
4. kebahagiaan


BAB III
METODE PENELITIAN

Metode Interview
Interview adalah metode yang mendasarkan diri kepada laporan verbal dimana terdapat hubungan langsung antara si penyelidik dan subjek yang diselidiki. Dalam metode ini ada face of face relation antara penyelidik dan yang diselidiki (Suryabrata, 1970).

1. Klasifikasi
Menurut bentuknya, interview digolongkan sebagai berikut;
a. Wawancara tiak berstruktur / bebas
Wawancara dimana arah pembicaraan tidak terbimbing kesuatu tema pokok tertentu.
b. Wawancara berstruktur
Wawancara dimana hal – hal yang akan dibicarakan telah ditentukan lebih dahulu.
c. Wawancara terarah
Merupakan synthesa dari kedua bentuk wawancara diatas. Dimulai dari bentuk tidak berstruktur untuk menimbulkan suasana bebas dan akrab. Kemudian wawancara berstruktur sehingga pembicaraan tetap terarah pada sasaran yang akan dikenai dalam penyelidikan itu.
Menurut subjek yang diwawancarai, interview dibedakan atas;
1. Auto Anamnese
Wawancara yang dilakukan langsung kepada klien.
2. Allo anamneses
Wawancara yang dilakukan langsung kepada oang dekat klien.

Metode Observasi
Observasi adalah dengan sengaja dan sistematis mengamati aktivitas individu lain (Suryabrata, 1970).
1. Klarifikasi
Observasi dapat digolongkan menjadi tiga jenis;
a. Observasi Non Partisipan
Observasi dimana sipenyelidik tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh individu yang diobservasi.
b. Observasi Partisipan
Observasi dimana observer ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diselidiki.
c. Observasi dalam Situasi Eksperimental
Observasi dimana dengan sengaja menimbulkan gejala tertentu untuk dapat di observasi.



BAB IV
IDENTIFIKASI KASUS

Identitas Klien
Nama : S Y
Alamat : Samahani, Aceh Besar
Umur : 73 tahun
Status : Janda

Identitas Teman Klien
Nama : F S
Alamat : Mukek, Aceh Selatan
Umur : 70 tahun
Status : Janda

Allo Anamnese
Berdasarkan interview yang dilakukan langsung dengan teman klien mengatakan bahwa nenek S Y adalah orang yang baik, tidak pernah bertengkar dengan orang lain selama di wisma panti jompo dan nenek selalu membantu orang yang sedang memerlukan padahal fisiknya telah mengalami penurunan.
Keluarga nenek S Y sering mengunjunginya dan selalu mengajaknya pulang kerumah, namun nenek tidak pernah mau ikut kecuali pada hari – hari libur keagamaan seperti pada waktu hari raya idul fitri dan idul adha.
Nenek S Y adalah sosok seseorang yang mandiri. Berbagai macam aktivitas yang tersedia dip anti jompo ia ikut. Namun selama beberapa tahun ini nenek Sapiah tidak bias mengikuti kursus menjahit karena disebabkan oleh factor penyakit fisik yaitu menurunnya panca indera penglihatan selain itu nenek tidak dapat lagi merawat bunga di taman yang disebabkan oleh factor penyakit fisik nenek juga.

Auto Anamnese
Berdasarkan interview yang dilakukan langsung oleh klien ia mengatakan bahwa keinginannya untuk tinggal dipanti jompo karena kemauannya sendiri. ia tidak ingin merepotkan anak dan cucunya di rumah. Selain itu jika dirumah ia beraktivitas seperti mencuci piring, menyapu dan membersihkan rumah, anaknya selalu melarangnya dan nenek merasa tidak nyaman. Jadi nenek pergi ke panti jompo untuk mencari aktivitas. Disini nenek merasa senang karena dapat melakukan berbagai aktivitas dan kegiatan yang tersedia di panti jompo.





BAB V
KESIMPULAN KASUS

Diagnosa Objektif
Nenek S Y memiliki dua orang anak laki – laki dan seorang anak perempuan. Nenek S Y memiliki masalah khusus masa tua seperti gangguan fisik dan masalah adaptasi di lingkungan keluarganya. Perubahan fisik nenek S Y ialah karena penyakit (rematik) dan juga karena proses menjadi tua. Beberapa perubahan fisik nenek seperti berkurangnya ketajaman panca indera, penurunan kemampuan melaksanakan sesuatu karena turunnya kekuatan motorik, serta kemunduran efisiensi integrative susunan saraf pusat, seperti kelemahan ingatan. Adapun masalah adaptasinya terhadap lingkungan keluarga ialah nenek S Y menganggap bahwa ia tidak memerlukan perlindungan, karena ia akan tetap sehat dan dapat berdiri sendiri. selain itu, nenek selalu dilarang untuk melakukan aktivitas di rumah.

Prognosa
Nenek S Y dapat terus melakukan berbagai aktivitas dan kegiatan ringan lainnya untuk memperoleh kepuasan dan kebahagian serta apat menciptakan hubungan social baik terhadap keluarga sendiri maupun orang lain.



Terapi
Untuk membantu mesalah nenek S Y dapat dipergunakan terapi sebagai berikut ;
Ø Psikoterapi Suportif
Tujuan dari terapi ini untuk mengembalikan keseimbangan adaptif (dapat menyesuaikan diri) terhadap keluarganya.
Cara – cara psikoterapi suportif ;
Ø Penyuluhan atau konseling
Suatu bentuk wawancara untuk membantu nenek mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar dapat mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri.












BAB VI
PENUTUP

Kesimpulan Umum
Ada beberapa factor yang mempengaruhi berhasilnya lansia dalam beradaptasi terhadap panti jumpo.
Pertama, jika ia masuk secara sukarela, ia akan merasa bahagia dan mempunyai motivasi yang kuat untuk beradaptasi dengan lembaga tersebut.
Kedua, semakin terbiasa hidup bersama dengan oang lain dan mengambil kegiatan bersama maka akan semakin dapat menikmati kontak social.
Ketiga, jika jarak lembaganya dengan tempat tinggal dulu cukup dekat, sehingga mereka dapat tetap berhubungan dengan anggota keluarga.
Keempat, dimanapun mereka tinggal, perlu diperhatikan bahwa mereka masih merasa menjadi bagian dari keluarga dan tidak terputusnya kontak dengan keluarga.
Cicero mengatakan bahwa mereka yang mempunyai keinginan sederhana dan watak yang baik menjadikan masa tuanya mudah dijalani. Sedangkan mereka yang tidak menunjukkan sikap bijaksana an kebajikan di masa mudanya cenderung untuk memperhatikan kelemahan – kelemahannya di hari tua, yang sebetulnya merupakan hasil dari ketidak teratuan hidup dan sikap di masa mudanya.


Saran
Ada beberapa saran yang disampaikan semoga berguna bagi semua;
Ø Kepada nenek diharapkan dapat memahami maksud dari keinginan anak yang tidak mengiginin untuk tidak banyak beraktivitas, maksud mereka baik karena nenek telah banyak mengalami penurunan fisik sehingga nenek mudah sakit jika terlalu banyak beraktivitas.
Ø Kepada pengurus lembaga panti jompo diharapkan dapat selalu memberikan berbagai macam aktivitas yang sesuai dengan keadaan para nenek dan kakek yang menghuni panti jumpo ini. Selain itu diharapkan para pengurus dapat memberikan layanan yang terbaik bagi para penghuni panti jumpo sesuai dengan kebutuhannya seperti tenaga psikolog, gizi, perawat dan hal – hal yang dibutuhkan lainnya dari para penghuni panti jumpo.
Ø Kepada masyarakat diharapkan dapat bersosialisasi dengan para penghuni panti jumpo.









DAFTAR PUSTAKA

Hurlock B, Elizabeth, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga : Jakarta. 1991
Maramis, W.,F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Air langga University Press : Surabaya. 1995.
Siti Rahayu Aditono. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Gajah Mada : Bandung. 2004.


1 komentar: